Sabtu, 28 November 2009

Network Marketing

Kurang Berpikir Vs Terlalu Banyak Berpikir

Hari ini ada pertanyaan yang terngiang di benak saya. Pertanyaan apa? Simple, yaitu mengapa sih orang-orang banyak yang gagal dalam berbisnis online?

Kenapa sebagian sukses, sebagian tidak sukses? Hmm ini jawabannya harus dipikir-pikir dulu…. Dipikir-pikir, dipikir-pikir… Ah itu dia, ternyata jawabannya adalah karena kurang berpikir dan terlalu banyak berpikir. Faham maksud saya?


Oke supaya lebih jelas, maksud saya kurang berpikir adalah :

Mereka asal masuk saja ke dunia bisnis online, tanpa tahu ilmunya terlebih dahulu. Asal ada suatu peluang yang terlihat bagus, langsung diambil. Padahal, semua bisnis ada resikonya, sayangnya mereka tidak ambil pusing dan langsung berbisnis. Akibatnya jelas kegagalan melanda.

Saya juga dulu begitu, berbisnis investasi online tanpa pikir panjang. Akibatnya ratusan US$ hilang. Sama seperti teman saya, malah dia hilang US$ 7000!

Sedangkan yang saya maksud terlalu banyak berpikir adalah :

Terlalu banyak merencanakan bisnis mereka, tanpa mengerjakannya sama sekali.

Yah, logis kan? Kalau hanya direncanakan, kapan bisa untung?

Saya juga dulu seperti itu. Setiap hari kerjanya menjelajah internet, mencari apa kira-kira bisnis yang bagus untuk dijalankan. Kesana kemari, kesini kesitu. Setiap hari menjelajah internet.

Tapi usaha apa yang saya lakukan dalam berbisnis online? Tidak ada. Saat itu saya hanya berandai-andai saja. Hanya belajar tanpa pernah mempraktekkannya. Akibatnya jelas tidak akan pernah ada untungnya, mana ada uang tanpa ada kerja? Hehe…

Ya, ternyata itu alasannya. Sangat sederhana. Sebagian dari mereka tidak pernah belajar sebelum memulai bisnis, atau minimal tidak mencari seorang guru yang mengajarinya berbisnis. Akibatnya, di tengh jalan salah langkah dan tidak mencapai hasil yang diinginkan, bahkan mengalami kerugian.

Sebagian di antara mereka hanya belajar, belajar dan belajar. Tanpa pernah mempraktekkan apa yang dipelajari. Kebanyakan dari mereka hanya berfikir dan merencanakan tanpa pernah mau memulai. Takut, takut memulai, itu intinya. Hanya melihat, membaca, dan mendengar kisah sukses para pebisnis online lainnya, tanpa mau memulai berusaha.

Jadi bagaimana solusinya?

Solusinya ::

Belajar. Belajar. Belajar. Bekerja. Bekerja. Bekerja.

Pelajari ilmunya, praktekkan ilmunya. Sederhana.

Hanya itu caranya, mudah kan? :-)

Karenanya, sekarang yang perlu Anda lakukan untuk sukses di bisnis online adalah mengetahui berbagai cara bisnis yang tepat di dunia internet dengan baik dan benar. Pahami, jalankan dan rasakan hasilnya.

Sangat sederhana, tapi jarang orang yang melaksanakannya.

Jadi, tunggu apa lagi? Carilah ilmu berbisnis online sekarang juga! Dari buku, video, seminar, mailing list, dan sebagainya. Mulai sekarang juga, jangan tunda lagi.

Masih berpikir-pikir dan takut resiko dalam berbisnis? Jangan!

Resiko terbesar Anda bukanlah kesalahan yang akan membuat Anda kehilangan sedikit modal. Resiko terbesar Anda adalah kehilangan kesempatan mendapatkan hal yang lebih banyak dari modal yang Anda keluarkan.

Jangan memikirkan resiko rugi, tapi berpikirlah akan resiko kehilangan kesempatan mendapat hasil yang lebih besar hanya karena Anda takut rugi. Yang paling akan membuat Anda rugi adalah ketidaktahuan Anda dan tidak bertambahnya pengalaman bisnis Anda.

Untuk sukses berbisnis online, Anda harus memiliki pola pikir seorang pebisnis yang berani mengambil resiko dan berani menerima keuntungan yang sangat besar. Untuk sukses berbisnis, Anda tidak bisa menggunakan pola pikir seorang karyawan.


sumber : http://haryoprabowo.com

Kamis, 26 November 2009

Iklan radio, Tanpa Gambar, Tidak Hambar


Ketika membaca judul Warung Iklan edisi ini, Iklan Radio: Zonder Gambar Ora Hambar, yang pertama kali terpikirkan adalah, audience radio memang tidak punya mata. Atau kalau toh punya indra pelihat, maka indra pelihat itu tetaplah berbentuk telinga. Artinya, pekerjaan yang berhubungan dengan dunia radio ini dituntut untuk bekerja ekstra kuat di sisi audio. Ya iyalah, sejak kapan radio mengeluarkan gambar atau tulisan?

Pada dasarnya semua iklan adalah sama, tujuannya menjual sesuatu. Sesuatu tersebut bisa berupa barang, jasa, pengetahuan atau perubahan perilaku. Pastikan bahwa apapun bentuk iklan anda di radio, selalu mengacu pada tujuan dari iklan itu sendiri.
Biasanya untuk orang yang baru terjun dalam dunia periklanan radio, akan selalu terbentur pada hal-hal seperti, terbatasnya ruang gerak, karena media yang hanya mengeksplorasi audio saja, pendengar yang tidak focus, karena sampai saat ini radio memang masih merupakan media sekunder, dimana pendengarnya bukanlah orang yang secara khusus menyediakan waktu untuk mendengarkan radio. Orang mendengarkan radio biasanya sambil mengerjakan pekerjaan lain.
Tapi dibalik kelemahan-kelemahan radio yang disebutkan, ada beberapa keuntungan lain yang bisa dieksplor dari dunia radio ini. Keunggulan tersebut antara lain:
o bersifat personal
o lebih imajinatif
o murah produksi, murah biaya tayang
o memilik penggemar yang sangat loyal
o demografi tertentu
o target audience-nya sangat spesifik
o lebih bebas untuk berkreasi

ide vs. eksekusi

Benturan lain yang biasa ditemui oleh penulis naskah iklan radio adalah pada saat akan mengeksekusi sebuah ide. Keterbatasan media sering kali menjadi alasan utamanya. Tapi ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang copywriter untuk radio ad ini.

Ide

Yang pertama kali harus dilakukan oleh copywriter adalah, menyepakati ide. Artinya, seorang copywriter atau satu tim penulis iklan radio, sebelum menulis iklan radio, haruslah membuat kesepakatan akan sebuah ide. Ide sebuah iklan sebaiknya adalah tunggal (single minded) karena karakteristik media radio tidak efektif untuk menyampaikan ide yang terlalu banyak. Pendengar hanya mendengarkan konten selain lagu paling lama 2 menit. Bahkan banyak yang lebih ekstrim, ketika detik kedua konten – selain lagu – tidak menarik perhatiannya, maka tanpa beban pendengar akan mengganti ke chanel radio lain. Begitu pendengar berpindah ke radio lain, maka jangan harap dia akan kembali ke radio sebelumnya, karena sering kali ditemui pendengar radio bahkan tidak mengenal radio apa yang sedang didengarkannya. Itu artinya, membuat iklan radio yang tidak menarik, sama dengan membuat pendengar meninggalkan radio kita.
Ide adalah sesuatu yang bersifat jenerik. Semua radio memiliki ide yang kurang lebih sama. Pe er terbesar copywriter adalah untuk membuat ide yang terlempar dari radionya menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih untuk pendengar. Nilai lebih itu bisa berupa pengetahuan baru, hiburan (lucu, menyenangkan, menampilkan tokoh terkenal, memberikan hadiah, dsb).

Skrip/ naskah

Berikutnya, ketika sudah mulai menumpahkan ide ke skrip, harus terus diingat di kepala penulis skrip iklan radio, bahwa skrip yang baik adalah skrip yang relevan untuk pendengar. Ada beberapa pertanyaan yang harus terus menerus ditanyakan oleh pembuat skrip iklan radio, sebelum naskah tersebut direkam menjadi bentuk audio. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
- relevan atau tidak untuk pendengar
- memiliki nilai manfaat atau tidak untuk pendengar, dan
- apakah iklan tersebut jika sudah dirubah dalam bentuk audio, akan menjadi sesuatu yang bisa menjadi pergunjingan pendengar atau tidak.
Relevan artinya jelas, sesuai dengan target audience. Memiliki nilai manfaat atau tidak untuk pendengar, artinya apakah iklan tersebut cukup memberikan informasi, hiburan, konfirmasi, dan sebagainya. Bisa dipergunjingkan atau tidak. jika iklan radio dibuat tanpa greget, maka hampir bisa dipastikan bahwa efeknya juga tidak akan kuat di telinga pendengar. Karena membuat iklan radio adalah sebuah upaya mencuri perhatian pendengar dari kegiatan utamanya.
Iklan yang bisa dipergunjingkan adalah iklan yang out of the box. Tidak biasa. Tidak pasaran. Breaking the rule.

Eksekusi

Eksekusi iklan radio bukanlah hal yang mudah. Skrip yang bagus tidak menjamin bahwa iklan akan menjadi sempurna karena skrip ini harus diubah menjadi bentuk yang semata-mata dinilai orang dari kualitas audionya.
Pada saat melakukan voice over, penulis naskah idealnya ikut menentukan siapa saja yang menjadi talent atau pengisi suara iklan tersebut. Penulis naskah adalah satu-satunya orang yang memahami dan memiliki gambaran tentang bagaimana naskahnya akan dieksekusi. Pemilihan talent yang salah akan membuat iklan tidak sesuai dengan gambaran penulis naskah.
Setelah dilakukan voice over, operator produksi juga harusnya mendapatkan brief yang cukup dari penulis naskah. Brief ini meliputi, suasana seperti apa yang akan dibangun oleh penulis naskah. Pembangunan suasana ini akan lebih kaya dengan menambahkan sound efect dan musik di samping voice over talent itu sendiri. Bahkan sering kali sound efect dan musiklah yang memiliki porsi lebih banyak masuk ke telinga pendengar, dibandingkan voice overnya sendiri.

Jangan takut mengganti

Setelah sebuah iklan mendapatkan persetujuan untuk ditayangkan, jangan segan-segan untuk mengecek dampaknya pada pendengar. Cara mengeceknya bisa dilakukan pada orang lain di dalam studio yang tidak terlibat dalam pembuatan iklan. Tanyakan pada mereka apa yang tergambar di kepala, ketika mendengar iklan tersebut muncul dari radio. Kalau gambaran mereka tidak sesuai dengan harapan penulis naskah, gak usah panih. Jangan segan-segan untuk merevisi atau bahkan mengganti iklan tersebut.
Ingat bahwa kekuatan radio adalah yang memiliki theater of mind. Jika film yang terputar di kepala pendengar tidak sesuai dengan film yang dibayangkan oleh penulis naskah, maka artinya pesan yang ingin disampaikan tidak tercapai.
Coba temukan cara lain untuk menyampaikan pesan tersebut.

Selamat mencoba!

sumber : http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=185186

KESALAHAN COPYWRITER DALAM IKLAN RADIO


Masih ketika mudik, saya melewati kabupaten (atau kecamatan?) di pinggiran Kediri. Waktu itu hari sudah menjelang malam, saya mencari-cari channel radio yang bisa saya nikmati (maklum, image saya untuk daerah seperti itu adalah radio yang ‘norak’) jadi saya sibuk pencet-pencet channel. Tanpa diduga, saya menemukan satu station yang oke banget, dengan alunan lagu-lagu love memories dari musik manca negara. Wow… saya nggak nyangka aja kalau di daerah yang image-nya adalah “petani” seperti itu bisa ada radio yang memiliki siaran dengan taste internasional gitu.

Nah… lagi enak-enaknya nih, menikmati alunan musik merdu itu, eeeh… tiba-tiba dikagetin sama iklan yang ya ampyuuun… noraaaaak… banget! Iklan obat yang menggunakan talent seperti petani dan tukang batu, dengan gaya percakapan dan taste mereka. Byangkan, apa nggak “jomplang” banget tuh…image si radio…? Dan apa nggak salah banget tuh iklan yang tone and manner nya sangat jauuuh… berbeda dengan nature of the station…?!

Dari peristiwa ini saya bisa mengambil pelajaran, bahwa seringkali, dengan system produksi iklan yang terpusat di Jakarta ini, kita sebagai pelakunya tak mampu mengenali target audience kita secara benar.

Saya sedang bayangkan proses pembuatan iklan radio obat tadi:

CW (Copywriter): targetnya siapa? tayang di mana aja..?
AE : rural area deh.. menengah bawah gitu...

Lalu si copywriter membayangkan… oh, orang-orangnya pasti deh kebanyakan petani, sukanya dangdut, cara ngomongnya gini…. Dan jadilah sebuah iklan yang sesuai dengan target audience yang ia bayangkan…

Padahal kenyataanya..? Si media planner memilih stasiun radio berdasar banyak-sedikitnya jumlah pendengar.. tanpa pernah benar-benar tahu (atau memberi tahu orang kreatif) pada segmen apa dan seperti apa materi itu akan ditayangkan….

So, apakah ini kesalahan copywriter? Atau system..?


sumber : http://naskahiklan.blogspot.com/2009/05/kesalahan-copywriter-dalam-iklan-radio.html

Rabu, 25 November 2009

iklan



sumber : http://www.youtube.com/watch?v=y9ajRIgTJNA


sumber : http://www.youtube.com/watch?v=I3DVN7XMiQk

Cerita Motivasi wortel,telur dan kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”


sumber : http://ekojuli.wordpress.com/2009/04/16/cerita-motivasi-kisah-wortel-telur-dan-kopi/